OPINI, Jejaringnews – Islam merupakan suatu ajaran dari Tuhan yang diwahyukan kepada sosok manusia pilihan, yang dalam tradisi keilmuan Islam di sebut Rasul, kehadiran manusia pilihan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada segenap manusia.
Dalam konteks Islam secara umum, salah satu sumber yang cukup menarik untuk digali yakni naskah Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebuah naskah yang merupakan perjalanan intelektual serta spiritual dari lokomotif pembaharuan pemikiran islam Indonesia, yakni Nurcholis Madjid atau Cak Nur.
Secara historis, kehadiran naskah NDP HMI yang digagas oleh Cak Nur ini disebabkan karena tuntutan situasi dan kondisi pemuda islam khususnya kader HMI saat itu, agar kiranya memiliki sebuah acuan atau pedoman ideologis yang tersusun secara sistematis sebagai teropong epistemik dalam memandang kehidupan.
NDP inilah yang menjadi landasan ideologis bagi para kader HMI, sebagai ruh yang mendorong moral pergerakan kader yang mana dalam NDP tersebut menyangkut berbagai hal, umpamanya kader HMI sebagai khalifah. khalifah atau wakil Tuhan di bumi, kader HMI harus mengambil bagian terhadap kemajuan bangsa secara umum.
Bicara soal pemimpin atau khalifah juga di bahas oleh Ali Syariati, seorang cendikiawan muslim bahwa pembentukan individu-individu yang ada pada manusia yakni sebagai “Khalifah” juga digambarkan sebagai manusia yang dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan sebagai individu. Baginya sebagai manusia ideal adalah yang memiliki tiga aspek kebenaran, kebajikan dan keindahan. Dengan kata lain pengetahuan akhlak dan seni. Menurutnya manusia sebagai khalifah, adalah kehendak comited dengan tiga macam dimensi; kesadaran, kemerdekaan, dan kreativitas.
Karenanya, sebagai wakil Tuhan di muka bumi manusia diberi atribut ketuhanan dimana akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, kewajiban untuk bertindak, dan selamanya akan dituntut untuk mempertimbangkan kegiatan kehidupannya selama di bumi baik dalam kriteria yang baik maupun yang buruk.
Untuk itu, sebagai khalifah yang diberi kebebasan, yang mana kelak kebebasannya tersebut akan dimintai pertanggungjawaban, maka manusia mesti menjaga seluruh alam semesta ini sebagaimana perannya menjadi khalifah. Kita tahu, bahwa manusia adalah puncak dan makhluk ciptaan yang tertinggi, manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya.
Peran inilah yang kadang berbanding terbalik. Sekeliling kita, manusia yang seharusnya sebagai pemimpin di muka bumi atau khalifah justru menyelewengkan kebebasannya dengan merusak alam, contohnya eksploitasi alam secara berlebihan untuk kepentingan individu.
Selanjutnya, NDP HMI menempati posisi yang begitu strategis dalam organisasi HMI, sebab keberadaannya yang sebagai pedoman ideologis bagi kader-kader HMI dalam melakukan spirit perjuangan.
Selain itu, NDP HMI juga sebagai acuan dari kader dalam bertindak. Maka dari itu perlu sekiranya memahami, menghayati serta mendalami secara totalitas agar nilai-nilai yang terkandung bisa melekat dalam diri tiap individu. NDP tidak serta merta hanya diperuntukkan untuk kader yang terhimpun dalam HMI saja tetapi, kehadirannya guna menjawab bagaimana isu krusial secara universal terkait keislaman, ke-Indonesian sekaligus Kemodernan.
Spirit Gerak kader HMI dalam pandangan NDP yang membahas begitu kompleks terkait teologis, kosmologis, dan antropologis merupakan sebagai acuan dari kader HMI dalam bertindak. Hal tersebut semangat menunjang dalam pola keseharian manusia sebagai wujud penghambaan dan peran yang diterima dari Tuhan.
Menerapkan konsep iman, ilmu dan amal sangat diperlukan secara totalitas untuk menempuh peradaban yang berkemajuan tidak mengikat serta membelenggu.
Penulis: Lili Cahyati (Peserta Advance Training LK III HMI BADKO Jawa Timur)