GOWA, Jejaringnews – Pasti kamu pernah mendengar tentang buku yang berjudul Sajak-Sajak Rindu Tanpa Bait Terakhir.
Buku ini merupakan salah satu buku yang diterbikan seorang penulis yang bernama Akbar G atau lebih akrab disapa Emil, pemuda Desa Tabbinjai, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Dia suka menulis sejak masih kecil, dia bertekad untuk bekerja sebagai penulis. Tetapi, perjuangannya sungguh tidak semudah yang dibayangkan.
Saat selesai menempuh pendidikan SMA, Emil tidak melanjutkan pendidikannya ke bangku perkuliahan karena faktor biaya dan tidak mendapat restu dari orang tua.
Dia menjadi pengangguran. Saat itu, Emil merasa begitu sedih, malu, bahkan depresi dan sempat berniat mengakhiri hidup.
Untuk meringankan beban pikirannya, selama 2 tahun menganggur, waktu itu digunakan Emil untuk mencari uang dengan berprofesi sebagai buruh bangunan di kota Makassar dan terlunta-lunta.
Bahkan dirinya sempat merantau ke Kolaka, Sulawesi Tenggara selama beberapa bulan. Di sana dia bekerja sebagai buruh bangunan dan buruh pemetik buah kelapa.
Hal ini dilakukannya, semata-mata agar memiliki uang, yang mana kemudian bisa digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Pada tahun 2014, diawal-awal perkuliahan, setiap hari Emil pergi berjalan-jalan untuk di samping terus mencari inspirasi.
Terkadang dia mampir ke kedai kopi. Dengan uang seadanya, Emil hanya bisa memesan secangkir kopi. Lalu dia menggunakan momen itu untuk menulis selama berjam-jam.
Sebelumnya Emil mendapat ide tentang menulis buku Sajak Rindu Tanpa Bait Terakhir pada 2015, saat dia naik mobil angkot dari Sinjai ke Kajuara, Bone.
Perlahan-lahan dia mengembangkannya menjadi tulisan. Bahkan, dia juga merevisinya lebih dari 3 kali agar semakin menarik.
Setelah lima tahun, akhirnya naskah buku pertamanya selesai di tahun 2020. Emil mengirimkan tulisannya pada beberapa penerbit, tetapi mengalami berbagai penolakan.
Ada penerbit yang berpendapat ceritanya terlalu panjang, tidak cocok untuk anak-anak, dan dianggap tidak akan disukai pembaca. Untungnya, dia tetap nekat mengirim naskah dengan dukungan dari kedua orang tuanya.
Akhirnya perjuangan Emil membuahkan hasil. Pada tahun 2020, buku pertamanya yang berjudul Sajak-sajak Rindu Tanpa Bait Terakhir diterbitkan oleh Guepedia. Awalnya buku itu hanya dibaca sedikit orang.
Tetapi dalam beberapa bulan saja, jumlah pembacanya meningkat pesat. Apalagi setelah terjual sampai ke Malaysia.
Banyak orang dari berbagai daerah yang menyukainya. Buku itu dianggap sangat imajinatif dan bisa dinikmati anak-anak maupun orang dewasa.
Setahun kemudian, Emil menerbitkan buku yang kedua. Total ada 5 buku yang di tulisnya hingga tahun 2024, yakni Sajak-sajak Rindu Tanpa Bait Terakhir (2020), Negeri-negeri Para Penipu (2021), Ranting yang Menolak Patah(2021), Perempuan Seratus Dua Puluh Lima(2022), dan Rindu Pulang (2023). Semua buku sudah tersusun rapi di Perpustakaan Republik Indonesia.
Untuk mencapai kesuksesan itu, tentunya diperlukan perjuangan yang keras dan tidak boleh gampang menyerah.