PALU, Jejaringnews – Dalam suasana penuh kehangatan dan kebanggaan, satu per satu kolega memberikan ucapan selamat dan menyalami Prof Ilyas Lampe.

Putra kelahiran Sinjai, 10 November 1976 itu resmi dikukuhkan sebagai profesor atau guru besar Bidang Ilmu Komunikasi di Universitas Tadulako, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (21/5/2025).

Keputusan tersebut berdasarkan SK Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi RI Nomor: 263/M/KPT.KP/2025 tentang kenaikan jabatan akademik fungsional dosen menjadi guru besar.

Di balik gelar tanda kehormatan itu, ada perjalanan hidup penuh perjuangan yang dilalui Prof Ilyas Lampe, ia tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari kemewahan.

Namun, keterbatasan bukanlah alasan untuk menyerah. Justru dari sanalah tekadnya untuk belajar semakin kuat.

Prof Ilyas Lampe merupakan anak dari pasangan Petta Lampe (Alm) dan Sitti Nurbaya. Ia dibesarkan dalam keluarga sederhana di Desa Kaloling, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai.

Orang tuanya hanya mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Dasar, dan bekerja sebagai petani. Meski demikian, mereka selalu menanamkan pentingnya pendidikan kepada anak-anaknya.

Prof Ilyas Lampe adalah anak pertama dari sembilan bersaudara, dua di antara adiknya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SLTA sementara enam lainnya berhasil meraih gelar sarjana.

Harapan orang tua mereka sederhana “kehidupan anak-anak harus lebih baik dari mereka”. Sejak kecil, Prof Ilyas Lampe terbiasa hidup mandiri.

Setiap pagi, selepas subuh ia membantu orang tua mengurus ternak peliharaannya dan sepulang sekolah ia membantu orang tua di sawah.

Kesibukan itu membuat Prof Ilyas Lampe harus berusaha keras hingga mengambil keputusan penting dalam hidupnya.

Mimpinya begitu kuat, ia menempuh pendidikan di SD 107 Kaloling, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Tondong lulusan 1991 dan SMA Tondong lulus tahun 1994.

Setelah lulus, ia sempat mengikuti pendaftaran seleksi masuk perguruan tinggi namun tidak lulus. Ia kemudian bekerja serabutan menjadi kuli bangunan, kadang menjadi kernet mobil.

Dengan penuh keyakinan, Prof Ilyas Lampe berharap bisa mewujudkan impian masa kecilnya. Ia kembali mencoba peruntungan dengan mendaftar UMPTN tahun 1996, dan diterima di Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip Unhas.

Selama kuliah, Prof Ilyas Lampe tidak hanya menjadi mahasiswa biasa. Ia aktif dalam berbagai organisasi, ia aktif di HMI Komisariat Fisip, Kosmik dan BPM Fisip. Pengalaman itu membuka jalannya menuju ke dunia pendidikan.

Setelah lulus kuliah S1, ia sempat bergabung sebagai peneliti di Pusat Kajian Indonesia Timur (Puskit) Unhas dan setelah itu sempat bergabung di Harian Fajar Makassar, menjadi Account Executive (Kolportir).

Pada Juni 2003 ia diterima di PT. Semen Bosowa Maros, dengan jabatan sebagai Promotion and Event Organizer Staff, sebelum akhirnya hijrah dan menjadi dosen tetap PNS pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Tadulako, pada tahun 2006.

Meraih gelar Magister pada Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Unpad tahun 2010 dengan IPK 3,81.

Sementara gelar Doktor diraih di kampus yang sama pada tahun 2017, dengan predikat cumlaude IPK 4,0.

Prof Ilyas Lampe menikah dengan Tuty Amaliah, ST, M.Eng (Dosen Teknik Sipil, Universitas Tadulako, Palu dan sementara menempuh pendidikan S3 Unhas, Makassar).

Saat ini telah dikaruniai tiga orang anak, Queensha Fakhira (SMP AL-Azhar Palu), Corana Gadiza (SMP Al-Azhar Palu) dan Arung Farzan Maraja (SDIT Smart School Makassar).

Dorongan, impian, ketekunan dan semangatnya, membawanya pada pencapaian yang luar biasa. Prof Ilyas Lampe akhirnya menyandang gelar guru besar Bidang Ilmu Komunikasi di Universitas Tadulako. Semua perjalanan hidupnya ia hadapi dengan pikiran positif.

Dari seorang anak desa akhirnya menjadi guru besar Bidang Ilmu Komunikasi. Perjalanan Prof Ilyas Lampe adalah bukti bahwa kegigihan dan kerja keras dapat mengubah takdir.